Tahukah anda, Bahwa di dalam hadis larangan meniup makanan dan minuman
panas yang sudah menjadi kebiasaan kita sehari-hari ternyata bukan
hanya tidak dibenarkan oleh Rasul, tetapi juga tidak disarankan oleh
ilmu kesehatan modern yang sudah melalui penelitian sains atau ilmu
pengetahuan.
Fakta ilmiah tentang larangan meniup makanan/minuman
Dalam Islam, kebiasaan ini tidak dibenarkan oleh Nabi sekitar 14 abad
lalu atau sekitar tahun 550an masehi. Ternyata, larangan tersebut
mengandung hikmah dalam ilmu pengetahuan yang baru diteliti di era
kontemporer-modern sekarang ini.
Bahaya asam karbonat
Fakta ilmiah pertama, bahwa
bertemunya H2O (air dalam gelas) dengan karbondioksia atau CO2 (udara
yang kita tiupkan melalui mulut) akan menghasilkan asam karbonat atau
H2CO3.
Nah jika senyawa kimia ini masuk ke dalam perut kita bisa menyebabkan penyakit jantung.
Partikel berbahaya
Di dalam mulut kita terdapat
partikel berbahaya. Apakah itu? Sisa-sisa makanan dalam mulut akan
membusuk sehingga menyebabkan bau mulut tidak sedap. Bau ini apabila
ditiupkan dalam air panas yang akan kita minum, maka akan menempel dan
sangat tidak baik jika kita minum lagi.
Mikro organisme
Selain itu, di dalam mulut
terdapat mikro organisme tak kasat mata yang bersifat mutualisme (baik)
dan juga ada yang patologi (buruk). Maka, makhluk kecil tak kasat mata
dalam mulut akan menempel pada makanan panas apabila kita tiup dan
kemudian masuk ke dalam perut. Bukankah ini berbahaya?
Demikian tiga fakta ilmiah mengenai larangan meniup minuman atau
makanan panas dalam Islam yang acapkali kita lakukan sehari-hari. Kalau
gosok gigi sampai bersih lalu kumur-kumur pakai obat kumur bagaimana?
Tetap saja, sebaiknya ikuti hadis dari Rasulullah yang jelas-jelas
sangat baik jika kita mengikutinya. Pun, kebiasaan tidak meniup makanan
panas menjadi bagian dari sunah nabi.